My Faculty


4 Cara Menguji Kesehatan Jantung Anda

Penyakit kardiovaskuler masih menempati peringkat atas penyebab kematian di Indonesia. Usia pengidap penyakit jantung koroner pun semakin muda, dipicu oleh gaya hidup yang kurang sehat. Karena itu, sebaiknya Anda selalu memeriksakan kesehatan jantung secara rutin, baik melalui rangkaian medical check up, maupun memeriksanya sendiri. Anda tidak memerlukan peralatan kedokteran khusus untuk memeriksa kesehatan jantung Anda sendiri. Cek dari beberapa hal berikut ini.
1. Lingkar pinggang
Lingkar pinggang yang makin lebar bukan hanya menimbulkan muffin top atau lemak yang menggelambir di sekitar perut. Perempuan yang ukuran lingkar pinggangnya lebih dari 88 cm memiliki risiko 79 persen lebih besar mengalami kematian akibat penyebab apapun (termasuk penyakit jantung dan kanker), daripada mereka yang ukuran lingkar pinggangnya 71 cm atau kurang dari itu. Untuk mengukurnya, lingkarkan meteran di sekeliling pinggang pada bagian yang paling lebar (biasanya di area dekat pusar).

"Perut kebanyakan merupakan buatan produk dapur," papar Malissa Wood, MD, ahli kardiologi dari Massachusetts General Hospital di Boston. Untuk mulai merampingkannya, kunyah tujuh sampai sembilan porsi buah dan sayuran, dan tiga porsi serealia setiap hari. Setiap dua minggu, konsumsi juga ikan-ikanan yang kaya omega-3, seperti salmon. Usahakan mengonsumsi 30 gr serat dan sedikitnya 50 gr protein tanpa lemak setiap hari. Jangan lupa latihan kardio selama satu jam, tiga hari atau lebih dalam seminggu. Latih juga kekuatan otot Anda dua kali seminggu.

2. Detak jantung saat istirahat
Ukuran detak jantung saat istirahat atau tidak berolahraga (resting heart rate) bisa menjadi patokan kebugaran yang baik. Semakin rendah, semakin baik tubuh Anda. Jika ingin tahu kondisi detak jantung Anda, sebelum bangkit dari tempat tidur pagi hari, gunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk menemukan nadi pada pergelangan tangan bagian dalam. Hitung detakannya selama 10 detik, dan kalikan jumlahnya enam kali untuk menemukan detak jantung per menit (bpm, atau beats per minute).

Detak jantung antara 60 - 80 bpm dianggap baik, dalam arti normal. "Orang-orang yang sangat sehat memiliki detak jantung istirahat di bawah 60, dan itu baik. Tetapi detak jantung istirahat di atas 60 dan di bawah 80 bisa menunjukkan masalah dehidrasi atau problem medis yang mendasar, seperti penyakit tiroid atau anemia," ujar Wood. Jika ukuran Anda tidak masuk dalam kedua angka tersebut, dan Anda tergolong cukup sehat dan minum cukup air putih, coba berkonsultasi dengan dokter.

Pada dasarnya, latihan kardio juga akan membantu menurunkan detak jantung istirahat. Tetapi olahraga yang terbaik adalah latihan interval. Lakukan latihan intensitas tinggi dalam waktu pendek, yang akan membuat jantung menjadi otot yang lebih efisien. Tambahkan dengan mengayuh sepeda dengan interval kecepatan selama 30-60 detik, atau lari sekali atau dua kali seminggu.

3. Detak jantung setelah olahraga
Anda juga perlu mengukur pemulihan detak jantung setelah olahraga (heart rate recovery). "Semakin cepat jantung kembali ke denyutnya yang normal setelah latihan, semakin sehat jantung Anda," papar Cheri Wiggins, MD, dokter di Twin Falls, Idaho.

Jika denyut jantung tidak turun sedikitnya 12 detakan dalam satu menit usai olahraga, Anda menghadapi risiko mengalami gagal jantung, bahkan kematian. Hitung target detak jantung Anda dengan persamaan ini:

(220 - usia) x 0,6 = titik rendah dari target detak jantung
(220 - usia) x 0,8 = titik tinggi dari target detak jantung

Contoh: jika usia Anda 34 tahun, maka (220 - 34) x 0,6 = 112 untuk titik rendah, dan (220 - 34) x 0,8 = 149 untuk titik tinggi

Lalu, mulailah berolahraga, dengan berlari atau bersepeda, sampai Anda mencapai titik tersebut (gunakan monitor detak jantung untuk mengukurnya). Kemudian, berhentilah dan langsung hitung denyut nadi. Satu menit setelah Anda berhenti berlatih, hitung kembali denyut nadi Anda. Kurangkan angka kedua dari angka pertama.

Jika angkanya kurang dari 12, target Anda adalah berolahraga sedikitnya 150 menit per minggu, atau lima sesi per 30 menit, dengan latihan aerobik seperti jalan cepat. Tak perlu terlalu ngoyo saat melakukannya. Dalam skala 1 sampai 10, lakukan dengan tingkat intensitas 4 atau 5. Begitu kondisi kardiovaskular Anda semakin baik dan detak jantung setelah olahraga semakin tinggi, tingkatkan durasi dan intensitas latihan Anda.

4. Cuping telinga mengisut
Cuping telinga bagian bawah (yang biasanya ditindik untuk anting) yang sedikit terlipat atau mengkerut, sering disebut-sebut sebagai gejala penyakit jantung koroner, kolesterol tinggi, atau diabetes. Namun, Anda tak perlu langsung memercayainya.

 "Penyakit jantung tidak menyebabkan cuping telinga mengkerut, atau cuping yang mengkerut menyebabkan penyakit jantung. Namun, kondisi tersebut tampaknya menjadi penanda gaya hidup yang tidak sehat," ungkap Sarah Samaan, MD, ahli kardiologi di Legacy Heart Center di Plano, Texas, dan penulis buku Best Practices for a Healthy Heart.
Studi yang lain menemukan korelasi sebesar 80 persen antara lipatan berbentuk diagonal pada telinga pada orang-orang di bawah usia 40 tahun, dengan penyakit arteri koroner. Lipatan ini tidak akan lenyap, tetapi Anda dapat meminimalkan faktor-faktor risiko penyakit jantung itu sendiri. Untuk itu Anda perlu mengetahui riwayat penyakit jantung di keluarga Anda, menjaga berat badan, tekanan darah, dan kadar kolesterol. Selain itu berolahraga teratur, makan dengan sehat, dan menghindari stres. (By : http://fkm.unej.ac.id/en/

Australia Perkuat Sistem Kesehatan Indonesia


Denpasar - Setelah mengikuti upacara peringatan 10 Tahun Bom Bali yang dipusatkan di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Jimbaran, Badung, Menteri Kesehatan RI Dr. Nafsiah Mboi bersama-sama Gubernur Bali Mangku Pastika menyambut kedatangan Perdana Menteri Australia Julia Gillard di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Jumat (12/10).
Di Lokasi, Perdana Menteri Gillard didampingi Menteri Kesehatan dan Gubernur Bali selanjutnya langsung meninjau Instalasi Penanganan Luka Bakar yang merupakan bantuan dari Pemerintah Australia pasca tragedi bom Bali 12 Oktober 2012. Selain itu, Gillard juga berbincang-bincang dengan para medis maupun keluarga korban mengenai pengalaman menangani bencana tersebut serta langkah –langkah yang dilaksanakan pasca tragedi sampai pada hari ini.
Julia Gillard dalam pidatonya menyampaikan komitmennya dalam upaya peningkatan sistem kesehatan di Indonesia melalui bantuan sebesar 50 Juta Dolar Australia sampai pada 2016. Mulai dari peningkatkan sarana dan prasarana penunjang medis sampai pada pengembangan sumber daya manusia bidang kesehatan sehingga dapat melakukan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat pada umumnya.
Terkait pertanyaan awak media tentang masih adanya 10 orang korban Bom Bali yang tidak mendapatkan perhatian dari Pemerintah, Gubernur Bali menyampaikan ini karena kurang komunikasi antara keluarga korban dengan pemerintah.
"Saya pastikan kita akan bantu mereka apalagi itu warga saya, kita punya JKBM yang bisa dipergunakan untuk perawatan maupun operasi. Tolong datang ke saya atau pada saat simakrama yang rencananya akan dilaksanakan pada akhir bulan ini", demikian ujarnya lugas.
"Saya informasikan bahwa Gubernur tidak akan bisa tau segalanya, tolong kerjasama yang baik dan komunikasi yang intens agar semuanya bisa berjalan dengan baik", imbuhnya.

Sosialisasi Rumah Honai Sehat Perlu Tokoh Agama

Jakarta, PKMK. Dalam mengenalkan rumah honai sehat ke sebagian masyarakat Papua, Kementerian Perumahan Rakyat RI perlu melibatkan tokoh agama. Tokoh agama yang dimaksud antara lain para misionaris buat warga beragama Nasrani, dan para dai untuk yang beragama Islam. Jika sosialisasi tersebut hanya melalui birokrat pemerintah, sulit mengharapkan hasil memadai, ungkap Zulfi Syarif Koto, Pengamat kebijakan perumahan (13/5/2013). Mantan deputi menteri perumahan rakyat RI itu berkata, pembuatan desain rumah honai sehat tidak cukup hanya dari segi kelayakan teknis. Aspek antropologi, sosial budaya juga perlu dipertimbangkan. Dalam hal itu, para tokoh agama perlu dilibatkan saat pembuatan desain dan saat sosialisasi, mereka pun terus dilibatkan. Para kepala suku di Papua pun bisa berperan serupa," kata dia.
Tahun 2007, Kementerian Perumahan Rakyat RI pun pernah membuat desain rumah honai sehat, bekerja sama dengan pihak lain seperti Universitas Gadjah Mada dan Universitas Cendrawasih. Hal itu terkait pemindahan masyarakat Kabupaten Yahukimo karena bencana kelaparan. Di kota, mereka ditempatkan di rumah honai sehat; rumah tersebut juga berlantai dua seperti yang ditawarkan sekarang. "Dulu menurut kita, itu rumah sehat yang bagus. Tapi masyarakat ternyata tidak berpendapat demikian," ujar Zulfi sambil tertawa ringan. Pengubahan bentuk desain rumah honai juga mengharuskan perilaku baru. Masyarakat tersebut tampak enggan mengubah kebiasaan tertentu. Mereka terbiasa meminyaki tubuh dengan minyak babi dan tinggal satu lantai dengan ternak itu. Maka, saat ternak itu di lantai satu dan orang di lantai dua, ada kebingungan. Kini sudah waktunya Pemerintah Indonesia lebih memperhatikan aspek antropologi sosial budaya seperti itu. Jangan seperti Pemerintah Orde Baru yang menyamakan segala hal. "Kalau Orde Baru itu kan gebyah uyah. Penanganan Suku Asmat dianggap sama dengan suku lain di Papua," ucap Ketua Umum The Hud Institute itu. By: http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/
Benarkah Putih Telur Lebih Sehat?
May 3, 2013
Selama hampir 40 tahun para peneliti berusaha mengetahui apakah telur adalah makanan yang menyehatkan. Alasannya sederhana, telur kaya akan lemak dan kolesterol, terlebih kuning telur. Tak heran jika banyak orang berasumsi menghindari kuning telur adalah cara terbaik mengonsumsi telur.
Tidak seperti yang diyakini banyak orang, sebenarnya jumlah kolesterol yang kita makan tidak berdampak banyak pada kenaikan kadar kolesterol. Malah, ada penelitian yang membuktikan cuma 30 persen orang yang kolesterolnya naik setelah ia menjalani pola makan tinggi kolesterol.
Putih telur sendiri mengandung protein, 3,5 gram. Sisanya, protein, lemak, dan nutrisi lain terkandung dalam kuning telur. Kandungan tersebut antara lain vitamin A, D, E, kolin, bahkan omega-3. Kandungan omega-3 telur yang berasal dari ayam yang diberi pakan tinggi omega-3 bahkan bisa mencapai 150 mg.
Kuning telur juga mengandung 240mg leucine, asam amino yang bertanggung jawab untuk mengubah gen pembentuk otot.  Sementara itu kolin sangat penting untuk fungsi sel membran, kolesterol, yang penting untuk pembentukan hormon tubuh.
Jadi jika semua nutrisi penting itu hadir dalam kuning telur, mengapa harus dibuang?( By: http://gizidaya.ac.id)
Manfaat Donor Darah Untuk Kesehatan
May 2, 2013

Seseorang yang melakukan donor darah, umumnya berniat untuk kemanusiaan. Namun tak banyak yang tahu bahwa manfaat donor darah ternyata tidak hanya guna menyelamatkan nyawa orang lain saja.
Faktanya, donor darah juga membawa manfaat kesehatan bagi si pendonor sendiri, juga memberi ketenangan mental untuknya. Ingat, memberi adalah sumber kebahagiaan dan ketenangan jiwa.
Idealnya bagi wanita adalah 4 bulan sekali melakukan donor darah. Sedangkan bagi pria, 3 bulan sekali. Namun semua tergantung pada keadaan kesehatan Anda. Ingin tahu apa saja manfaat kesehatan mendonorkan darah? Berikut seperti dilansir oleh situs Boldsky:
  • Menyeimbangkan kadar besi
Menurut sebuah penelitian, banyak orang yang memiliki kadar zat besi yang berlebih karena konsumsi makanan mereka. Jadi, untuk menyeimbangkannya perlu sesekali dilakukan donor darah. Kadar zat besi yang tinggi dalam darah tak baik bagi kesehatan jantung. Bagi wanita usia subur, mereka menyeimbangkan kadar zat besi dalam tubuh mereka saat menstruasi. Namun bagi pria dan wanita yang telah menstruasi, melakukan donor darah baik sekali dilakukan.
  • Pengecekan kesehatan.
Biasanya, sebelum melakukan donor darah akan dilakukan tes kesehatan terlebih dahulu pada diri Anda. Apakah Anda menderita penyakit tertentu yang bisa ditularkan melalui darah, atau tidak. Nah, saat itu Anda jadi lebih tahu kondisi kesehatan Anda.
  • Mengurangi resiko kanker.
Dengan rendahnya atau berkurangnya kadar zat besi dalam tubuh Anda, maka resiko Anda terkena kanker juga berkurang. Diantaranya adalah kanker usus besar, paru, hati, tenggorokan.
  • Jauh dari tekanan darah tinggi.
Saat Anda mendonorkan darah, maka volume darah menjadi seimbang. Ini baik untuk menghindarkan Anda dari penyakit darah tinggi.
  • Mengurangi kolesterol
Sel darah mengandung kolesterol, baik kolesterol jahat atau baik. Dengan Anda menyumbangkan darah, maka jumlah kolesterol otomatis berkurang.( By: http://gizidaya.ac.id)  

Yuk, Jangan Tunda Makan Siang
May 13, 2013
SERINGKAH Anda menunda waktu makan siang? Jika iya, ada baiknya kebiasaan itu dihindari, terlebih jika Anda sedang dalam program mengatur berat badan.
Waktu makan siang ternyata berperan dalam pengaturan berat badan.
Sebuah penelitian di Spanyol baru-baru ini, seperti dikutip Reuters Health menyebutkan, kebiasaan makan siang tepat waktu dapat mencegah berat badan berlebih.

Yuk, Jangan Tunda Makan Siang
“Kami serius mempertimbangkan waktu makanan; bukan hanya apa yang kita makan, tetapi juga kapan kita makan,” kata penulis studi Frank Scheer, dari Brigham dan Women’s Hospital dan Harvard Medical School di Boston.
Dalam studinya, tim menyurvei asupan nutisi, waktu makan, dan aktivitas fisik 420 warga di tenggara Spanyol. Hampir seluruh peserta penelitian tercatat memiliki pola makan Mediterania, di mana sekitar 40 persen dari kalori harian dikonsumsi saat makan siang.
Sekitar setengah dari responden mengatakan mereka makan siang sebelum pukul 03.00 sore (early eater), dan setengah jumlah responden lainnya setelah pukul 03.00 sore (late eater). Selama 20 minggu, kedua kelompok diminta menulis jurnal harian terkait konsumsi makanan dan aktivitas pembakar kalori yang sama banyaknya.
Peneliti menemukan, mereka yang makan siang lebih awal (early eater) kehilangan rata-rata 22 pon kalori, lebih banyak dibanding late eater yang berat badannya turun 17 pound.
Hasil kajian ini, seperti diterbitkan dalam International Journal of Obesity mengaskan, makan siang, bukan sarapan dan makan malam, lebih berpengaruh dalam penambahan berat badan.(By: http://gizidaya.ac.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar