My Dien

Wanita Cerdas dengan Hafalan Paling Tinggi

oleh Fierdah Latifah (Catatan) pada 2 Januari 2012 pukul 22:22


Written by Ishaak
The Most

[D'Rise-#12] Ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, para sahabat langsung bertanya kepada beliau jika ditemukan permasalahan baru yang tidak ada penjelasannya dalam Al-Qur’an. Keterangan-keterangan selain Al-Qur’an yang berasal dari Rasulullah SAW inilah yang dinamakan hadits, dan direkam dalam benak para sahabat untuk disampaikan kepada sahabat-sahabat yang lain.

Tidak seperti Al-Qur’an yang telah dihafal secara sempurna, hafalan hadits seorang sahabat  mengenai satu perkara belum tentu sama persis dengan apa yang dihafal sahabat yang lain. Hal ini karena masing-masing mempunyai intensitas pertemuan yang berbeda-beda dengan Nabi SAW. Ada yang sering bertemu Nabi SAW, ada yang jarang, ada juga yang selalu menyertai Nabi SAW di sebagian besar waktunya, sehingga ada sahabat yang hafal banyak hadits, ada juga yang sedikit.

Seorang sahabat dianggap telah menghafal/meriwayatkan banyak hadits bila ia sudah meriwayatkan lebih dari 1000 hadits. Di antara tujuh orang sahabat dengan hafalan hadits paling banyak, salah satu diantaranya adalah seorang wanita. Beliau tidak lain adalah ummul mukminin Aisyah r.a. Di dalam Thabaqat, dari Mahmud bin Luhaid, lbnu Saad berkata, “Para istri Nabi banyak menghafal hadits Nabi, namun hafalan Aisyah dan Ummu Salamah tidak ada yang dapat menandingi”. Di antara 7 orang tadi, Aisyah r.a. berada di urutan ke 4 dengan jumlah hadits yang dihafal sebanyak 2210 hadits. Ketujuh orang itu adalah:
  1. Abu Hurairah r.a. meriwayatkan 5374 hadits
  2. Abdullah bin Umar r.a. meriwayatkan 2.630 buah hadis.
  3. Anas bin Malik meriwayatkan 2.276 buah hadis.
  4. Aisyah meriwayatkan 2.210 buah hadis.
  5. Abdullah ibnu Abbas meriwayatkan 1.660 buah hadis.
  6. Jabir bin Abdullah meriwayatkan 1.540 buah hadis.
  7. Abu Said AI-Khudri meriwayatkan 1.170 buah hadis.
Aisyah r.a. adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah. Di kamarnya yang terletak berdampingan dengan Masjid Nabawi, Aisyah r.a. sering menyaksikan peristiwa turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW, sebagaimana perkataan beliau “Aku pernah melihat wahyu turun kepada Rasulullah pada suatu hari yang sangat dingin sehingga beliau tidak sadarkan diri, sementara keringat bercucuran dari dahi beliau.“ (HR. Bukhari)
Jika beliau menemukan sesuatu yang tidak beliau pahami dari satu ayat, beliau bisa bertanya langsung kepada Rasulullah SAW. Karena itulah beliau sering meriwayatkan hadits yang tidak pernah diriwayatkan oleh perawi hadits yang lain. Jadi tidak heran banyak penghafal hadits yang sering mengunjungi rumah Aisyah r.a. untuk langsung memperoleh hadits Rasulullah karena kualitas kebenarannya sangat terjamin. Para pemburu ilmu itu bukan hanya dari kalangan tabiin, tapi juga dari kalangan sahabat sendiri. Di antara pada sahabat yang meriwatkan hadis darinya adalah Abu Hurairah, Abu Musa al Asy’ari, Zaid ibn Khalid al Juhni dan Safiah binti Saibah.
Selain meriwayatkan hadits, Aisyah r.a. juga mampu menggali hukum sendiri bila menemukan sesuatu yang tidak ada penjelasan rinci dalam Al-Qur’an dan hadits lainnya. Bahkan para sahabat yang lain pun tak segan-segan untuk meminta pendapat kepada beliau jika mereka berselisih  pendapat dalam satu masalah yang tidak bisa mereka selesaikan sendiri. Bahkan karena kecerdasan dan keluasan ilmu beliau, menurut Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, anak saudara laki-laki Aisyah, mengatakan bahwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Utsman, Aisyah r.a. menjadi penasihat pemerintah.
Aisyah r.a. wafat pada tahun 58 H dan dimakamkan di Baqi’. Kehidupan beliau dipenuhi dengan kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah, selalu beribadah, serta senantiasa melaksanakan shalat malam. Bahkan dia sering memberikan anjuran untuk shalat malam kepada kaum muslimin. Beliau juga banyak mengeluarkan sedekah sehingga di dalam rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham atau satu dinar pun. []


BOX
Multi Talent
Aisyah r.a. memiliki wawasan ilmu yang luas serta menguasai masalah-masalah keagamaan. Dalam Al-Mustadrak, al-Hakim mengatakan bahwa sepertiga dari hukum-hukum syariat dinukil dan Aisyah. Abu Musa al-Asya’ari berkata, “Setiap kali kami menemukan kesulitan, kami temukan kemudahannya pada Aisyah.”
Selain itu beliau juga menguasai bahasa dan sastra, Urwah bin Zubair, salah satu murid Aisyah r.a. berkomentar, “Demi Allah, aku belum pernah melihat seorang pun yang lebih fasih dariipada Aisyah selain Rasulullah sendiri.” Al-Ahnaf bin Qais berkata, “Aku telah mendengar khutbah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Alii bin Abi Thalib. Hingga saat ini aku belum pernah mendengar satu perkataan pun dari makhluk Tuhan yang lebih berisi dan baik daripada perkataan Aisyah.”
Beliau juga menguasai ilmu medis atau pengobatan. Dalam satu kesempatan Urwah bin Zubair menanyakan darimana beliau mempelajari ilmu pengobatan, Aisyah menjawab, “Wahai Urwah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. sering sakit, sehingga dokter-dokter Arab dan bukan Arab datang mengobati beliau. Dari merekalah aku belajar.”[]

 
 
Mesir Negeri Para Ilmuwan

oleh Fierdah Latifah (Catatan) pada 10 Agustus 2011 pukul 8:10
Mesir Negeri Para Ilmuwan

Setelah Tunisia, Mesir pun mengalami revolusi.  Husni Mubarak yang kini bagi rakyat Mesir diplesetkan menjadi “Laa Husni wa Laa Mubarak” (yang tidak bagus dan tidak barokah) akhirnya mundur, setelah didemo besar-besaran selama 18 hari, disindir terus majikannya, yakni Obama, Presiden AS dan akhirnya ditinggalkan tentaranya.
Tetapi belum pasti, apakah pergantian rezim ini berarti juga pergantian dari sistem sekuler menjadi sistem Islam.  Sistem sekuler terbukti hanya menjadikan Mesir terpuruk dan terhina.  Dari sisi sains dan teknologi, SDM bergelar “Master of Science” per sejuta penduduk di Mesir hanya ada 370 orang, sementara di Israel ada 13.000 orang!  Meski ini data dari UNDP tahun 2003, tapi sepertinya secara perbandingan belum ada perubahan signifikan.
Padahal dulu berabad-abad Mesir adalah negeri para ilmuwan, baik ilmuwan di bidang fiqih maupun di bidang sains dan teknologi.  Kehebatan Mesir hanya tertandingi oleh Cordoba dan Baghdad.  Rahasianya ada pada Islam.
Memang, berabad-abad sebelum Islam hadir di Mesir, negeri ini pernah memiliki banyak matematikawan, astronom dan insinyur yang hebat.  Para insinyur itu digunakan Fir’aun untuk membangun piramid raksasa dengan presisi yang tinggi.  Sebelum datangnya Romawi, Alexandria pernah memiliki perpustakaan terlengkap di dunia.  Namun Romawi lalu memusnahkan perpustakaan itu.  Selama enam setengah abad sesudahnya, Mesir tenggelam dalam kegelapan peradaban.  Sampai akhirnya cahaya Islam datang.
Ketika pasukan Amr bin Ash membebaskan Mesir dari tangan Romawi, pampasan perang yang diminta bukanlah emas, perak atau harta benda sejenisnya.  Tetapi semua buku kuno yang telah ditelantarkan berabad-abad.  Buku-buku itu lalu diterjemahkan, dipelajari dan dikembangkan.  Tanpa upaya ini, mungkin kita hanya mengenal Ptolomeus sebagai seorang jenderal yang menjabat gubernur, bukan sebagai astronom yang menulis buku astronomi Almagest, yang dipelajari di seantero dunia Islam sebagai tafsir ayat “Dan langit bagaimana ditinggikan” (QS al-Ghasiyah:18).

Al-Azhar, pabrik ilmuwan kelas dunia sejak 1000 tahun.
Di Mesirlah sejak tahun 969 M berdiri universitas kelas dunia, Universitas al-Azhar.  Dalam sejarahnya yang sangat panjang, dari universitas ini muncul tidak cuma orang-orang yang mumpuni dalam ilmu, tetapi juga rajin mengingatkan para penguasa yang lalai ataupun berdiri di garis depan dalam jihad fi sabilillah melawan tentara salib ataupun penjajah Barat lainnya.  Reputasi pabrik ilmuwan kelas dunia seperti itulah yang memanggil para aghniya untuk wakaf dengan aset-aset produktif - seperti kebun, pabrik atau pasar - agar Al-Azhar dapat terus memberi beasiswa calon-calon ulama pejuang dari seluruh dunia.
Dalam sejarahnya yang panjang itu Mesir bertabur bintang-bintang sains.  Inilah beberapa di antaranya:

Di bidang ilmu Kimia:
Pada 650-704 M, Khalid ibn Yazid adalah ahli kimia Muslim pertama yang menerjemahkan ilmu kimia kuno (alkimia) Mesir kuno ke dalam bahasa Arab.  Sejak itulah ilmu kimia berkembang di seantero dunia Islam.
Pada 1250 M, para insinyur di Mesir berhasil membuat senapan tangan (midfa), yang merupakan prototype pistol atau senjata api yang portable.  Senjata ini digunakan oleh pasukan Mesir untuk mengalahkan tentara Mongol dalam pertempuran di Ain Jalut.  Menurut Syamsuddin Muhammad (wafat 1327 M), pistol ini memiliki bubuk mesiu yang terdiri dari 74 persen amonia, 11 persen belerang dan 15 persen karbon) - sebuah komposisi yang ideal seperti di zaman modern.  Pasukan Mesir juga dikabarkan sudah menggunakan pakaian yang tahan api agar tidak terluka oleh cartridge mesiu yang mereka bawa.

Di bidang matematika dan fisika:
Pada 850-890 M hiduplah Abu Kamil Syuja ibn Aslam ibn Muhammad ibn Syuja, yang merupakan simpul penting dalam pengembangan matematika, penghubung antara al-Khwarizmi (penemu aljabar) dengan al-Karaji (penemu geometri analitis).  Abu Kamil lah orang pertama yang menuliskan notasi dengan tanda pangkat seperti
X n . X m = X n+m
Dalam dunia fisika, penemuan optika oleh Ibn al-Haitsam (1021 M) juga dapat dikatakan terjadi di Mesir, ketika al-Haitsam ini mengalami tahanan rumah, setelah insinyur yang berasal dari Iraq itu gagal menyelesaikan proyek bendungan sungai Nil, lalu pura-pura gila.
Pada 1312-1361 M, Tajuddin Ali ibn ad-Duraihim ibn Muhammad at-Tha’alibi al-Mausili menulis banyak hal tentang ilmu persandian (kriptologi).  Karyanya diungkap dalam salah satu bab dari ensiklopedi 14 jilid karya Syihabuddin Abu’l Abbas Ahmad ibn Ali bin Ahmad Abdullah al-Qalqasyandi (1356-1418 M).  Di situ dijelaskan teknik substitusi dan transposisi, dari yang sederhana hingga yang rumit, sehingga mampu membuat suatu plain-text menjadi text yang tidak dapat dibaca kecuali dengan analisis kripto tingkat tinggi.
Sekitar tahun 1000-1009 M, Ibnu Yunus mempublikasikan hasil risetnya di bidang fisika dan astronomi Al-Zij al Hakimi al Kabir.  Ini adalah deskripsi paling awal tentang gerak bandul (pendulum).  Dia juga membangun tugu astrolab yang pertama.

Di bidang teknologi rekayasa:
Pada 860 M, astronom al-Farghani membangun Nilometer, sebagai alat peringatan dini tinggi air sungai Nil, baik untuk mengantisipasi banjir ataupun kekeringan.
Pada 953 M Ma’ad al Mu’izz, seseorang qadi di Mesir, menemukan fulpen yang tidak akan mengotori tangan atau bajunya, yang tintanya tersimpan dalam suatu reservoir dan turun oleh gaya gravitasi dan kapiler.  Ini adalah penemuan fulpen yang tercatat pertama kali, seperti direkam oleh an-Nu’man al-Tamimi (wafat 974 M) dalam bukunya Kitab al-Majalis wa’l Musayardh.
Pada tahun 1000-an M, banyak penemuan teknik di Mesir seperti ventilator untuk pertambangan, penggilingan gandum bertenaga air sungai yang berbentuk jembatan (bridge mill) dan industri logam bertenaga air.
Pada 1551 M, insinyur Taqiyuddin yang disponsori pemerintah Utsmaniyah di Mesir menciptakan mesin uap, jauh lebih dulu dari James Watt (1736-1819) di Inggris.

Di bidang kedokteran:
Pada 800 M didirikan rumah sakit jiwa pertama di dunia oleh seorang dokter di Cairo.
Pada 1118-1174 M, penguasa Mesir Nur ad-Dien Zanqi memerintahkan membangun rumah sakit pendidikan pertama di dunia.  Dokternya, Abu al-Majid al-Bahili menyumbangkan perpustakaannya.
Pada 1285 M di Cairo berdiri rumah sakit terbesar di dunia, atas perintah Sultan Qalaun al-Mansur.  Menurut Willy Durant, rumah sakit ini dilengkapi dengan halaman-halaman terpisah untuk setiap kelompok pasien dengan penyakit yang berbeda, disejukkan dengan kolam-kolam air mancur, laboratorium, apotik, kantin, pemandian, perpustakaan, sarana ibadah, ruang kuliah, dan untuk pasien gangguan jiwa ada akomodasi yang menghibur (musik yang lembut atau pendongeng profesional).  Hebatnya lagi, pelayanannya diberikan gratis untuk seluruh pasien, tanpa memandang jenis kelamin, etnis atau penghasilan.  Bahkan saat mereka boleh pulang diberikan tunjangan agar tidak harus segera bekerja.
Semoga revolusi Mesir saat ini, mendorong rakyat Mesir untuk mendesak agar pemerintah yang baru menerapkan syariat Islam, agar Mesir meraih kembali kemuliannya dalam sejarah peradaban selama berabad-abad.[]

Al-Azhar, pabrik ilmuwan kelas dunia sejak 1000 tahun.

 
 
Bagaikan Syannun dan Thabaqah
 

oleh Fierdah Latifah (Catatan) pada 24 Juni 2011 pukul 20:14

  • Judul di atas merupakan terjemahan bebas dari sebuah pepatah Arab yang berbunyi:
    وافَقَ شَنٌّ طَبَقَة
    Pepatah ini digunakan untuk mengumpamakan dua insan atau dua hal yang serasi dan sejoli. Sekilas memang terlihat seperti "Bagaikan Romi dan Yuli " atau "Bagaikan Romeo dan Juliet" , yaitu sepasang manusia yang memadu cinta (sebelum nikah) yang oleh karena perbedaan dan permusuhan di antara dua keluarga mereka, menyebabkan hubungan cinta mereka harus kandas di tengah jalan. Akhirnya, kisah cinta mereka diakhiri dengan bunuh diri (intihaar). Menyedihkan.... Kasihan .... Tragis....

    Adapun Syannun dan Thabaqah ... sangat jauh berbeda dengan 2 profil di atas. Penasaran? Berikut kisahnya:

    Syannun adalah seorang pemuda Arab yang cerdas. Suatu hari ia berkata, "Demi Allah, aku akan mencari wanita yang cerdas yang cocok denganku untuk kujadikan sebagai istriku." Maka untanya pun disiapkan dan berangkatlah ia memulai petualangan mencari sang calon istri. Selang beberapa waktu lamanya, di tengah jalan ia bertemu dengan seseorang yang mengendarai unta. Ternyata orang tersebut menuju arah perjalananan yang sama dengan Syannun. Syannun pun berkata kepadanya,

    أتحملني أم أحملك ؟
    "Anda yang bawa saya atau saya yang bawa Anda  ?" Orang itu berkata, "Wahai orang bodoh, saya naik unta, Anda naik unta. Apa maksud kamu, "saya yang bawa Anda atau Anda yang bawa saya"?


    Syannun diam saja. Perjalanan pun dilanjutkan kembali. Kali ini Syannun tidak sendirian. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah tempat di pinggir desa. Di tempat itu, mereka melihat banyak ladang (gandum -pen). Ladang-ladang tersebut baru saja selesai panen.

    Syannun bertanya,
    أترى هذا الزّرْعَ أُكِل أم لا ؟
    "Tahukah Anda, hasil panennya sudah dimakan atau belum?"

    Orang itu berkata, "Wahai orang bodoh, Engkau lihat baru saja panen, lalu Engkau bertanya sudah dimakan atau belum?!

    Syannun diam saja. Mereka pun terus berjalan sampai akhirnya masuk ke desa tersebut. Ternyata di jalan ada iringan jenazah. Mereka berhenti sejenak. Setelah iringan jenazah itu lewat, Syannun bertanya kepada temannya,

    أترى صاحبَ هذا النّعْشِ حيّاً أو مَيِّتاً ؟
    "Apa pendapatmu, orang  yang berada di atas keranda itu hidup atau mati?" Orang itu menjawab, "Aku belum pernah melihat orang sebodoh kamu. Kamu melihat jenazah, lantas bertanya apakah ia sudah mati atau masih hidup?!"

    Syannun diam saja. Tidak lama kemudian, ketika Syannun hendak berpisah, orang tersebut keberatan sebelum Syannun mampir ke rumahnya. Akhirnya, tibalah mereka berdua di rumah orang itu. Setelah mempersilahkan Syannun masuk ke ruang tamu, orang itu menuju ke ruangan keluarganya. Orang itu ternyata memiliki seorang putri, namanya Thabaqah. Sang putri menanyakan perihal tamu ayahnya. Ayahnya pun menjelaskan bahwa ia teman dalam perjalanan. Hanya saja orangnya sangat bodoh. Sang Ayah bercerita apa yang terjadi selama dalam perjalanan.  Setelah mendengar cerita dari ayahnya, sang putri berkomentar, "Wahai Ayahanda, itu bukan bodoh. Maksudnya ""Saya yang bawa Anda atau Anda yang bawa saya?" adalah "Saya yang bercerita kepada Anda atau Anda yang bercerita kepada saya?" supaya perjalanan tidak terasa melelahkan." Adapun perkataannya ""Tahukah Anda, hasil panennya sudah dimakan atau belum?" adalah "Apakah yang punya ladang telah menjual panennya lalu memakan hasil penjualannya atau belum?". Sedangkan maksud dari "Apa pendapatmu, orang  yang berada di atas keranda itu hidup atau mati" adalah "Apakah orang yang sudah mati itu meninggalkan sesuatu yang dapat menghidupkan namanya kembali atau tidak?.

    Setelah mendengar penjelasan dari putrinya tersebut, ia pun kembali menemui Syannun di ruang tamu. Setelah menyantap hidangan yang biasa dihidangkan untuk tamu, orang itu berkata kepada Syannun, "Apa kamu mau saya tafsirkan pertanyaan-pertanyaanmu tadi?" Syannun menjawab, "Silahkan." Lalu orang itu mulai menafsirkan apa yang sebenarnya dimaksud oleh Syannun.

    Setelah mendengar tafsiran orang itu, Syannun berkomentar, "Saya yakin itu bukan berasal dari Anda. Katakan padaku siapa yang mengabarkan itu padamu?" Orang itu pun mengaku bahwa putrinyalah yang memberitahukan itu semua padanya. Selanjutnya (sudah bisa ditebak..., pucuk dicinta ulam pun tiba... -pen), Syannun pun melamar putri orang itu. (Diterjemahkan dengan sedikit perubahan dan penyesuaian dari cerita syaikh kami, Abdul Karim bin Sa'ad Al Huwaimil, kepada penulis di sela-sela waktu santai bersama beliau. Lihat pula Majma'u -l Amtsal karya Al Maidaani, Bab 26,)

    Ya memang cocok, Syannun dan Thabaqah. Akhirnya orang arab menjadikan kisah ini sebagai perumpamaan dua hal yang serasi. Waafaqa Syannun Thabaqah.

    Faidah yang dapat dipetik dari perumpamaan ini:
    1. Semangat mencari pasangan yang serasi.
    2. Cara pandang seseorang terhadap sebuah fenomena menunjukkan tingkat kecerdasan dan berfikir orang tersebut.
    3. Hendaknya seseorang mengambil ibrah/pelajaran dari segala sesuatu yang ia lihat dan saksikan.

    Wallaahu a'lam.
 

SEBUAH RENUNGAN "Bunda,Tolong Mandikan Aku Sekali Saja.."
 

oleh Fierdah Latifah (Catatan) pada 18 Juni 2011 pukul 18:22
 

Dewi adalah sahabat saya, ia adalah seorang mahasiswi yang berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ”Why not to be the best?,” begitu ucapan yang kerap kali terdengar dari mulutnya, mengutip ucapan seorang mantan presiden Amerika. Ketika Kampus, mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht-Belanda, Dewi termasuk salah satunya. Setelah menyelesaikan kuliahnya, Dewi mendapat pendamping hidup yang ”selevel”; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. tak lama berselang lahirlah Bayu, buah cinta mereka, anak pertamanya tersebut lahir ketika Dewi diangkat manjadi staf diplomat, bertepatan dengan suaminya meraih PhD. Maka lengkaplah sudah kebahagiaan mereka. Ketika Bayu, berusia 6 bulan, kesibukan Dewi semakin menggila. Bak seekor burung garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Sebagai seorang sahabat setulusnya saya pernah bertanya padanya, “Tidakkah si Bayu masih terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal oleh ibundanya ?” Dengan sigap Dewi menjawab, “Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya dengan sempurna”. “Everything is OK !, Don’t worry Everything is under control kok !” begitulah selalu ucapannya, penuh percaya diri. Ucapannya itu memang betul-betul ia buktikan. Perawatan anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter termahal. Dewi tinggal mengontrol jadwal Bayu lewat telepon. Pada akhirnya Bayu tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas mandiri dan mudah mengerti. Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang betapa hebatnya ibu-bapaknya. Tentang gelar Phd. dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang berlimpah. “Contohlah ayah-bundamu Bayu, kalau Bayu besar nanti jadilah seperti Bunda”. Begitu selalu nenek Bayu, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya. Ketika Bayu berusia 5 tahun, neneknya menyampaikan kepada Dewi kalau Bayu minta seorang adik untuk bisa menjadi teman bermainnya dirumah apa bila ia merasa kesepian. Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Dewi dan suaminya kembali meminta pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Bayu. Lagi-lagi bocah kecil inipun mau ”memahami” orangtuanya. Dengan Bangga Dewi mengatakan bahwa kamu memang anak hebat, buktinya, kata Dewi, kamu tak lagi merengek minta adik. Bayu, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek dan sangat mandiri. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Dewi pada saya , Bayu selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Dewi sering memanggilnya malaikat kecilku. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, namun Bayu tetap tumbuh dengan penuh cinta dari orang tuanya. Diam-diam, saya jadi sangat iri pada keluarga ini. Suatu hari, menjelang Dewi berangkat ke kantor, entah mengapa Bayu menolak dimandikan oleh baby sitternya. Bayu ingin pagi ini dimandikan oleh Bundanya,” Bunda aku ingin mandi sama bunda…please…please bunda”, pinta Bayu dengan mengiba-iba penuh harap. Karuan saja Dewi, yang detik demi detik waktunya sangat diperhitungkan merasa gusar dengan permintaan anaknya. Ia dengan tegas menolak permintaan Bayu, sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Bayu agar mau mandi dengan baby sitternya. Lagi-lagi, Bayu dengan penuh pengertian mau menurutinya, meski wajahnya cemberut. Peristiwa ini terus berulang sampai hampir sepekan. “Bunda, mandikan aku !” Ayo dong bunda mandikan aku sekali ini saja…?” kian lama suara Bayu semakin penuh tekanan. Tapi toh, Dewi dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Bayu sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Bayu bisa ditinggal juga dan mandi bersama Mbanya. Sampai suatu sore, Dewi dikejutkan oleh telpon dari sang baby sitter, “Bu, hari ini Bayu panas tinggi dan kejang-kejang. Sekarang sedang di periksa di Ruang Emergency”. Dewi, ketika diberi tahu soal Bayu, sedang meresmikan kantor barunya di Medan. Setelah tiba di Jakarta, Dewi langsung ngebut ke UGD.Tapi sayang… terlambat sudah…Tuhan sudah punya rencana lain. Bayu, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh Tuhannya.. Terlihat Dewi mengalami shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah untuk memandikan putranya, setelah bebarapa hari lalu Bayu mulai menuntut ia untuk memandikannya, Dewi pernah berjanji pada anaknya untuk suatu saat memandikannya sendiri jika ia tidak sedang ada urusan yang sangat penting. Dan siang itu, janji Dewi akhirnya terpenuhi juga, meskipun setelah tubuh si kecil terbujur kaku. Ditengah para tetangga yang sedang melayat, terdengar suara Dewi dengan nada yang bergetar berkata “Ini Bunda Nak…., Hari ini Bunda mandikan Bayu ya…sayang….! akhirnya Bunda penuhi juga janji Bunda ya Nak..” . Lalu segera saja satu demi satu orang-orang yang melayat dan berada di dekatnya tersebut berusaha untuk menyingkir dari sampingnya, sambil tak kuasa untuk menahan tangis mereka. Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, para pengiring jenazah masih berdiri mematung di sisi pusara sang Malaikat Kecil. . Berkali-kali Dewi, sahabatku yang tegar itu, berkata kepada rekan-rekan disekitanya, “Inikan sudah takdir, ya kan..!” Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya di panggil, ya dia pergi juga, iya kan?”. Saya yang saat itu tepat berada di sampingnya diam saja. Seolah-olah Dewi tak merasa berduka dengan kepergian anaknya dan sepertinya ia juga tidak perlu hiburan dari orang lain. Sementara di sebelah kanannya, Suaminya berdiri mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pucat pasi dengan bibir bergetar tak kuasa menahan air mata yang mulai meleleh membasahi pipinya. Sambil menatap pusara anaknya, terdengar lagi suara Dewi berujar, “Inilah konsekuensi sebuah pilihan!” lanjut Dewi, tetap mencoba untuk tegar dan kuat. Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja yang menusuk hidung hingga ke tulang sumsum. Tak lama setelah itu tanpa di duga-duga tiba-tiba saja Dewi jatuh berlutut, lalu membantingkan dirinya ke tanah tepat diatas pusara anaknya sambil berteriak-teriak histeris. “Bayu maafkan Bunda ya sayaang..!!, ampuni bundamu ya nak…? serunya berulang-ulang sambil membenturkan kepalanya ketanah, dan segera terdengar tangis yang meledak-ledak dengan penuh berurai air mata membanjiri tanah pusara putra tercintanya yang kini telah pergi untuk selama-lamanya. Sepanjang persahabatan kami, rasanya baru kali ini saya menyaksikan Dewi menangis dengan histeris seperti ini. Lalu terdengar lagi Dewi berteriak-teriak histeris “Bangunlah Bayu sayaaangku….Bangun Bayu cintaku, ayo bangun nak…..?!?” pintanya berulang-ulang, “Bunda mau mandikan kamu sayang…. Tolong Beri kesempatan Bunda sekali saja Nak…. Sekali ini saja, Bayu.. anakku…?” Dewi merintih mengiba-iba sambil kembali membenturkan kepalanya berkali-kali ke tanah lalu ia peluki dan ciumi pusara anaknya bak orang yang sudah hilang ingatan. Air matanya mengalir semakin deras membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Bayu. Senja semakin senyap, aroma bunga kamboja semakin tercium kuat manusuk hidung membuat seluruh bulu kuduk kami berdiri menyaksikan peristiwa yang menyayat hati ini…tapi apa hendak di kata, nasi sudah menjadi bubur, sesal kemudian tak berguna. Bayu tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya dimandikan oleh orang tuanya karena mereka merasa bahwa banyak hal yang jauh lebih penting dari pada hanya sekedar memandikan seorang anak. Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua yang sering merasa hebat dan penting dengan segala kesibukannya. Semoga bisa jadi pelajaran buat kita semua…saya hanya melanjutkan berita ini…moga2 banyak yang baca dan makin peduli bahwa anak itu titipan Tuhan yang sangat berarti dan bermakna serta harus dijaga..
 
 

Hukum Menyentuh Al-Qur'an bagi Orang yang Berhadats
 

oleh Fierdah Latifah (Catatan) pada 18 Juni 2011 pukul 16:23
Hukum Menyentuh Al-Qur'an bagi Orang yang Berhadats  Ditulis oleh Fanisya Canfas PENDAPAT ULAMA MAZHAB Dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah –kitab Ensiklopedia Fiqih- disebutkan, Orang yang berhadats (hadats besar atau hadats kecil) tidak boleh menyentuh mushaf seluruh atau sebagiannya. Inilah pendapat para ulama empat madzhab. Dalil dari hal ini adalah firman Allah Ta’ala, لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ “Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan” (QS. Al Waqi’ah: 79) Begitu pula sabda Nabi ‘alaihish sholaatu was salaam, لاَ تَمُسُّ القُرْآن إِلاَّ وَأَنْتَ طَاهِرٌ “Tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali engkau dalam keadaan suci.” Bagaimana dengan membaca Al Qur’an? Para ulama empat madzhab sepakat bolehnya membaca Al Qur’an bagi orang yang berhadats kecil selama tidak menyentuhnya. Yang dimaksud menyentuh mushaf menurut mayoritas ulama adalah menyentuhnya dengan bagian dalam telapak tangan maupun bagian tubuh lainnya. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa menyentuh mushaf Al Qur’an tidak dibolehkan oleh para ulama madzhab. ~ Menyentuh Mushaf bagi Orang yang Berhadat Besar dan Kecil Larangan menyentuh mushaf di sini berlaku bagi orang yang berhadats besar seperti wanita yang sedang haidh, nifas dan orang yang junub. Mengenai larangan menyentuh mushaf bagi yang berhadats besar terdapat riwayat dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Al Qosim bin Muhammad, Al Hasan Al Bahsri, ‘Atho’, dan Asy Sya’bi. Bahkan sampai-sampai Ibnu Qudamah mengatakan, “Kami tidak mengetahui ada yang menyelisihi pendapat ini kecuali Daud (salah satu ulama Zhohiriyah).” Begitu pula larangan menyentuh mushaf di sini berlaku bagi orang yang berhadats kecil seperti orang yang sehabis kentut atau kencing dan belum bersuci. Inilah mayoritas pendapat pakar fiqih. Bahkan Ibnu Qudamah sampai-sampai mengatakan, “Aku tidak mengetahui ada ulama yang menyelisihi pendapat ini kecuali Daud Azh Zhohiri.” ~ Menyentuh Mushaf Al Qur’an dengan Pembatas Ketika Berhadats Tentang menyentuh mushaf Al Qur’an dengan pembatas ketika berhadats, maka terdapat perselisihan di antara para ulama. Ada ulama yang membolehkan dan ada yang tidak. Namun yang tepat dalam masalah ini adalah dibolehkan menyentuh mushaf dalam keadaan berhadats dengan menggunakan pembatas selama pembatas tersebut bukan bagian dari mushaf (artinya: tidak dibeli beserta mushaf seperti sampul). Seperti yang digunakan sebagai pembatas di sini adalah sarung tangan. Karena larangan yang dimaksud adalah larangan menyentuh mushaf secara langsung. Sedangkan jika menggunakan pembatas, maka yang disentuh adalah pembatasnya dan bukan mushafnya. Demikian pendapat yang dipilih oleh ulama Hambali.[6] ~ Membawa Mushaf Al Qur’an Ketika Berhadats Tanpa Menyentuh Pendapat yang tepat dalam masalah ini adalah dibolehkan. Yaitu dibolehkan bagi yang berhadats (seperti orang yang junub) untuk membawa mushaf tanpa menyentuhnya secara langsung, dengan menggunakan pembatas yang bukan bagian dari Al Qur’an. Karena seperti ini bukanlah disebut menyentuh. Sedangkan larangan yang disebutkan dalam hadits adalah menyentuh mushaf dalam keadaan tidak suci. Sedangkan di sini sama sekali tidak menyentuh. Inilah pendapat ulama Hanafiyah, ulama Hanabilah dan menjadi pendapat Al Hasan Al Bashri, ‘Atho’, Asy Sya’bi, Al Qosim, Al Hakam dan Hammad. ~ Yang Dibolehkan Menyentuh Mushaf Meskipun dalam Keadaan Berhadats Pertama: Anak kecil. Ulama Syafi’iyah mengatakan, “Tidak terlarang bagi anak kecil yang sudah tamyiz untuk menyentuh mushaf walaupun dia dalam keadaan hadats besar. Dia dibolehkan untuk menyentuh, membawa dan untuk mempelajarinya. Yaitu tidak wajib melarang anak kecil semacam itu karena ia sangat butuh untuk mempelajari Al Qur’an dan sangat sulit jika terus-terusan diperintahkan untuk bersuci. Namun ia disunnahkan saja untuk bersuci.” Kedua: Bagi guru dan murid yang butuh untuk mempelajari Al Qur’an. ~ Menyentuh Kitab-kitab Tafsir dalam Keadaan Berhadats Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa diharamkan menyentuh mushaf jika isinya lebih banyak Al Qur’an daripada kajian tafsir, begitu pula jika isinya sama banyaknya antara Al Qur’an dan kajian tafsir, menurut pendapat yang lebih kuat. Sedangkan jika isinya lebih banyak kajian tafsir daripada Al Qur’an, maka dibolehkan untuk menyentuhnya. ~ Menyentuh Kitab Fiqh dan Kitab Hadits dalam Keadaan Berhadats Menyentuh kitab fiqh dibolehkan dalam keadaan berhadats karena kitab tersebut tidaklah disebut mushaf dan umumnya, isinya lebih banyak selain ayat Al Qur’an. Demikian pendapat mayoritas ulama. Intinya, jika suatu kitab atau buku tidak disebut mushaf dan isinya lebih banyak tulisan selain ayat Al Qur’an, maka tidak mengapa orang yang berhadats menyentuhnya. ~ Menyentuh Al Qur’an Terjemahan dalam Keadaan Berhadats Jika yang disentuh adalah terjemahan Al Qur’an dalam bahasa non Arab, maka itu tidak disebut Al Qur’an. Namun kitab atau buku seperti ini disebut tafsir sebagaimana ditegaskan oleh ulama Malikiyah. Oleh karena itu tidak mengapa menyentuh Al Qur’an terjemahan seperti ini karena hukumnya sama dengan menyentuh kitab tafsir. Akan tetapi, jika isi Al Qur’annya lebih banyak atau sama banyaknya dari kajian terjemahan, maka seharusnya tidak disentuh dalam keadaan berhadats sebagaimana keterangan yang telah lewat. ~ Menyentuh Sampul Mushaf dan Bagian Lainnya Mayoritas ulama menyatakan bahwa termasuk yang terlarang ketika berhadats di sini adalah menyentuh sampul mushaf yang bersambung langsung dengan mushaf, halaman pinggirannya yang tidak ada tulisan ayat di sana, celah-celah ayat yang tidak terdapat tulisan dan bagian lainnya dari mushaf secara keseluruhan. Karena bagian-bagian tadi semuanya termasuk mushaf dan ikut serta ketika dibeli, sehingga dikenai hukum yang sama.
 
 
 
 
MENINGGALKAN KHIANAT, MENDAPAT RAHMAT

 
 
 
 
oleh Fierdah Latifah (Catatan) pada 18 Juni 2011 pukul 11:26

Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar Al-Anshari berkata: “Dulu, aku pernah berada di Makkah semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu menjaganya, suatu hari aku merasakan lapar yang sangat. Aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menghilangkan laparku. Tiba-tiba aku menemukan sebuah kantong dari sutera yang diikat dengan kaos kaki yang terbuat dari sutera pula.
Aku memungutnya dan membawanya pulang ke rumah. Ketika aku buka, aku dapatkan didalamnya sebuah kalung permata yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Aku lalu keluar dari rumah, dan saat itu ada seorang bapak tua yang berteriak mencari kantongnya yang hilang sambil memegang kantong kain yang berisi uang lima ratus dinar. Dia mengatakan, ‘Ini adalah bagi orang yang mau mengembalikan kantong sutera yang berisi permata’. Aku berkata pada diriku, ‘Aku sedang membutuhkan, aku ini sedang lapar. Aku bisa mengambil uang dinar emas itu untuk aku manfaatkan dan mengembalikan kantong sutera ini padanya’.
Maka aku berkata pada bapak tua itu, ‘Hai, kemarilah’. Lalu aku membawanya ke rumahku. Setibanya di rumah, dia menceritakan padaku ciri kantong sutera itu, ciri-ciri kaos kaki pengikatnya, ciri-ciri permata dan jumlahnya berikut benang yang mengikatnya. Maka aku mengeluarkan dan memberikan kantong itu kepadanya dan dia pun memberikan untukku lima ratus dinar, tetapi aku tidak mau mengambilnya. Aku katakan padanya, ‘Memang seharusnya aku mengembalikannya kepadamu tanpa mengambil upah untuk itu’. Ternyata dia bersikeras, ‘Kau harus mau menerimanya’, sambil memaksaku terus-menerus. Aku tetap pada pendirianku, tak mau menerima.
Akhirnya bapak tua itu pun pergi meninggalkanku. Adapun aku, beberapa waktu setelah kejadian itu aku keluar dari kota Makkah dan berlayar dengan perahu. Di tengah laut, perahu tumpangan itu pecah, orang-orang semua tenggelam dengan harta benda mereka. Tetapi aku selamat, dengan menumpang potongan papan dari pecahan perahu itu. Untuk beberapa waktu aku tetap berada di laut, tak tahu ke mana hendak pergi!
Akhirnya aku tiba di sebuah pulau yang berpenduduk. Aku duduk di salah satu masjid mereka sambil membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika mereka tahu bagaimana aku membacanya, tak seorang pun dari penduduk pulau tersebut kecuali dia datang kepadaku dan mengatakan, ‘Ajarkanlah Al-Qur’an kepadaku’. Aku penuhi permintaan mereka. Dari mereka aku mendapat harta yang banyak.
Di dalam masjid, aku menemukan beberapa lembar dari mushaf, aku mengambil dan mulai membacanya. Lalu mereka bertanya, ‘Kau bisa menulis?’, aku jawab, ‘Ya’. Mereka berkata, ‘Kalau begitu, ajarilah kami menulis’. Mereka pun datang dengan anak-anak juga dan para remaja mereka. Aku ajari mereka tulis-menulis. Dari itu juga aku mendapat banyak uang. Setelah itu mereka berkata, ‘Kami mempunyai seorang puteri yatim, dia mempunyai harta yang cukup. Maukah kau menikahinya?’ Aku menolak. Tetapi mereka terus mendesak, ‘Tidak bisa, kau harus mau’. Akhirnya aku menuruti keinginan mereka juga. Ketika mereka membawa anak perempuan itu kehadapanku, aku pandangi dia. Tiba-tiba aku melihat kalung permata yang dulu pernah aku temukan di Makkah melingkar di lehernya. Tak ada yang aku lakukan saat itu kecuali hanya terus memperhatikan kalung permata itu.
Mereka berkata, ‘Sungguh, kau telah menghancurkan hati perempuan yatim ini. Kau hanya memperhatikan kalung itu dan tidak memperhatikan orangnya’. Maka saya ceritakan kepada mereka kisah saya dengan kalung tersebut. Setelah mereka tahu, mereka meneriakkan tahlil dan takbir hingga terdengar oleh penduduk setempat. ‘Ada apa dengan kalian?’, kataku bertanya. Mereka menjawab, ‘Tahukah engkau, bahwa orang tua yang mengambil kalung itu darimu saat itu adalah ayah anak perempuan ini’. Dia pernah mengatakan, ‘Aku tidak pernah mendapatkan seorang muslim di dunia ini (sebaik) orang yang telah mengembalikan kalung ini kepadaku’.
Dia juga berdoa, ‘Ya Allah, pertemukanlah aku dengan orang itu hingga aku dapat menikahkannya dengan puteriku’, dan sekarang sudah menjadi kenyataan’. Aku mulai mengarungi kehidupan bersamanya dan kami dikaruniai dua orang anak. Kemudian isteriku meninggal dan kalung permata menjadi harta pusaka untukku dan untuk kedua anakku. Tetapi kedua anakku itu meninggal juga, hingga kalung permata itu jatuh ke tanganku. Lalu aku menjualnya seharga seratus ribu dinar. Dan harta yang kalian lihat ada padaku sekarang ini adalah sisa dari uang 100 ribu dinar itu.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Al Qur'an dan Propolis, Keajaiban Air Liur Lebah yang Mampu Mengobati Hampir Segala Jenis Penyakit

 "Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. " Qs. 16:69
Tahukah anda kalau sebenarnya lebah menghasilkan 4 macam produk. Orang-orang awam hanya tahu madu sebagai produk lebah. Namun selain madu lebah juga menghasilkan royal jelly, bee polen, dan propolis.

Untuk menjaga kesehatan biasanya orang minum madu, namun untuk mengobati penyakit, propolis lebih manjur, kalau menggunkan madu dibutuhkan waktu yang lama dan kurang mujarab dibanding propolis.
Propolis dikumpulkan oleh lebah dari tumbuh-tumbuhan atau pucuk muda dan kulit pohon terutama pohon poplar lalu dicampurkan dengan air liurnya, yang digunakan untuk menambal lubang dalam sarang lebah yang sekaligus juga melindungi sarang lebah dari serangan virus, bakteri dan jamur.

Propolis yang berbahan dasar air liur lebah ini, ternyata merupakan obat alami yang bisa dipakai untuk menaklukkan hampir semua jenis penyakit.

Propolis berasal dari bahasa Yunani (pro = sebelum, polis = kota = sistem pertahanan kota). Ia sanggup menyembuhkan diabetes dan gangren, yang merupakan penyakit tidak bisa disembuhkan secara medis, bahkan tanpa suntik insulin dan amputasi.

Penderita kanker stadium lanjut yang telah divonis tidak memliki harapan, juga bisa sembuh dengan propolis. Segala jenis penyakit maut lainnya seperti stroke, sakit jantung, batu ginjal, gagal ginjal, hepatitis, dan bahkan AIDS juga sanggup ia taklukkan.

Tidaklah heran mengapa propolis bisa memberikan keajaiban sedemikian rupa adalah karena kandungan antioksidan 1 tetes propolis = antioksidan 500 buah jeruk. Disamping itu, propolis kaya akan asam amino, vitamin-vitamin, bioflavonoids.

Propolis sebagai pengobatan alami, mengandung zat aktif yang berfungsi sebagai obat untuk berbagai macam penyakit.
Fungsi pengobatan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Propolis sebagai antibiotik alami, antiviral dan sekaligus antifungal alami tanpa efek samping.

2. Propolis menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan bakteri, misalnya: thypus, diare/muntaber dan sebagainya. Dapat juga untuk bau ketiak yang sangat mengganggu, karena di dalam lipatan ketiak terdapat bakteri atau jamur yang menyebabkan bau.

3. Propolis menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan virus, misalnya demam berdarah, flu, TBC dan sebagainya.

4. Propolis menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan jamur, misalnya eksim, panu, keputihan, ketombe dan sebagainya.

5. Propolis sebagai Anti peradangan (infeksi dan luka), misalnya maag, luka luar, radang tenggorokan, sakit gigi, radang ginjal, luka bakar dan sebagainya.

6. Propolis sebagai anti kanker dan mutagenesis sel, misalnya kanker, tumor, mioma, kista dan sebagainya.

7. Propolis berfungsi untuk membersihkan pembulu darah dan detoksifikasi.

8. Propolis berfungsi sebagai pembuangan racun, misalnya asam urat, kolesterol, trigliserin, darah tinggi, jantung, stroke, diabetes mellitus, dan sebagainya.

9. Propolis juga penyembuh ajaib bagi penyakit seperti ateriosklerosis atau pengapuran pembuluh darah oleh lemak, berbagai infeksi, gangguan pencernaan, gangguan pernafasan, penyakit syaraf, arthritis dan rematik.

10. Propolis sebagai penetral racun dalam tubuh dan sekaligus anti oksidan kuat.

11. Propolis meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Berikut adalah pendapat para ahli tentang propolis dan kegunaannya:

1. John Diamond, MD 
Propolis mampu mengaktifkan kelenjar thymus yang berfungsi sebagai sistem imunitas tubuh.

2. Ray Kupinsel 
Propolis sebagai antibiotik alami yang mampu melawan berbagai macam penyakit tanpa efek samping.

3. Profesor Arnold Becket
Propolis mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur.

4. Russia Research Team (Tim Riset Rusia) 
Dalam propolis terdapat zat antibiotik alami dan antiviral, vitamin, asam amino, dan mineral yang sangat mujarab untuk penyakit mulut, tenggorokan.

5. Dr. Fang Chu (dokter di Lien Yu Kang Hospita Tiongkok)
Propolis berguna untuk penyakit kandungan lemak tinggi dalam darah dan untuk penyakit jantung.

6. Lembaga Riset Kanker Columbia, 1991
Dalam propolis terdapat zat CAPE yang berfungsi mematikan sel kanker. Dengan pemakaian zat CAPE secara teratur selama 6 bulan dapat mereduksi kanker sebanyak 50%.

7. Majalah antibiotik VP Kivalkina
Propolis sangat efektif untuk infeksi tanpa batas kadaluarsa.

8. Dr. K. Lund Aagaard
“Propolis, Natural Substance, the way to health”. Bioflavanoid yang terkandung di dalam propolis dapat mendegradasi radikal bebas yang disebabkan polusi, bahan pengawet dan bahan kimia lain yang masuk ke dalam tubuh. Kemampuan kerja bioflavanoid ini setara dengan kemampuan 500 buah jeruk.

9. Prof. Hembing Wijaya kusuma
Propolis sangat baik untuk kesehatan kulit dan berkhasiat luar biasa. 
By : Liberta bintoro Ranggi Wirasakti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar